Sabtu, 26 Desember 2009

Studi Pemikiran Islam Baru Lahir Di Bandung


source:http://www.hidayatullah.com/berita/lokal/10216-studi-pemikiran-islam-baru-lahir-di-bandung.html

Peradaban Islam hanya akan bisa diwujudkan kembali jika worldview Islam benar-benar jelas dan memberi kesan yang mendalam ke segenap kehidupan manusia

Hidayatullah.com—Maraknya paham liberal justru memicu tumbuh suburnya lembaga pemikiran baru. Salah satuanya adalah Institusi Pemikiran Islam di Bandung bernama Institut Pemikiran Islam dan Pembangunan Insan (PIMPIN). Acara peresmiannya dilakukan 18 Desember lalu, bertepatan dengan menyambut tahun baru Hijriyah.

Lembaga pengkajian ini diresmikan oleh Prof. Wan Mohd Nor Wan Daud, Peneliti Utama Institut Alam dan Tamadun Melayu, Universiti Kebangsaan Malaysia (ATMA- UKM). Acara berlangsung di Hotel Puri Khatulistiwa Jatinangor Bandung.

PIMPIN digagas oleh beberapa cendikiawan Muslim Indonesia yang masih berdomisi di tanah air dan yang sedang melanjutkan studi di Malaysia. Menurut panitia penyelenggara, Mohamad Ishaq, lembaga pengkajian ini hadir untuk menghimpun para ilmuwan yang secara serius memikirkan solusi dan jawaban terhadap berbagai polemik, isu dan persoalan yang menghimpit umat Islam di Indonesia khususnya dan di seluruh dunia umumnya.

PIMPIN juga bermaksud untuk memberikan pencerahan dan penerangan dalam menyikapi berbagai tantangan yang dihadapi oleh umat Islam.

Meski baru diresmikan tahun ini, kegiatan lembaga ini sejatinya telah berlangsung lama. Misalnya melakukan seminar, workshop, diskusi, bedah buku, dan lain-lain. Harapannya, dengan dukungan dan kontribusi berbagai pihak, PIMPIN dapat berkembang dan menjadi motor penggerak kebangkitan gerakan intelektual khususnya di kota kelahirannya dan umumnya di nusantara.

Menurut Mohamad Ishaq, tantangan yang berusaha dijawab oleh PIMPIN ke depan diantaranya adalah bagaimana menghidupkan kembali warisan pemikiran Islam yang sangat berharga itu ke dalam kehidupan di masyarakat hari ini. Oleh karena itu ada dua hal penting yang perlu dilakukan.

Pertama adalah menggali, mempelajari, dan mewacanakan kembali warisan ulama terdahulu (salaf) yang sangat kaya dengan berbagai bidang ilmu. Sebagian pihak yang kurang mengerti mungkin akan menilai langkah ini sebagai mundur ke belakang, tetapi perlu dipahami bahwa perkembangan ilmu itu bertalian dengan apa yang telah dicapai oleh orang-orang terdahulu. Apabila pertalian ini diputus, maka semua bangunan itu harus dibangun ulang dari nol. Situasi seperti ini akan menyebabkan munculnya inferiority complex dalam diri para intelektual Muslim hari ini.

Pemikiran Islam tidak cukup hanya dikaji, tetapi juga harus dikembangkan agar bisa dipraktikkan di masa sekarang. Misalnya, mengenai gagasan Islamisasi ilmu. Gagasan Islamisasi ilmu merupakan gagasan yang sudah cukup lama berkembang di dunia Muslim termasuk di Indonesia, namun bagaimana cara mewujudkan Islamisasi itu belum benar-benar jelas. Sebagian umat Islam malah ada yang menganggap bahwa Islamisasi adalah wacana yang tidak masuk akal. Namun jika kita menengok kepada sejarah, Islamisasi ilmu merupakan hal yang pernah wujud dan berhasil dipraktikkan oleh umat Islam.

Kedua, menyedari pentingnya pemikiran Islam dalam membenahi kekeliruan dan kerusakan dalam berbagai bidang kehidupan umat hari ini maka perlu dilakukan terobosan agar pemikiran itu menjadi bagian integral dalam kehidupan masyarakat. Untuk bisa mencapai keadaan ini, pemikiran itu harus disebarluaskan. Manusia adalah kunci utama dari sebuah peradaban, sedangkan kunci utama manusia adalah apa yang ada dalam pikirannya. Peradaban Islam hanya akan bisa diwujudkan kembali jika pandangan alam (worldview) Islam benar-benar jelas dan memberi kesan yang mendalam dalam segenap bidang kehidupan manusia. Oleh karena PIMPIN berupaya agar worldview Islam dan epistemologi Islam dapat mewarnai sistem pendidikan, baik pendidikan formal maupun non formal. Dalam rangka meluruskan pemikiran ini jugalah beberapa karya besar akan diterjemahkan dan diterbitkan. [is/cha/www.hidayatullah.com]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar